Tenggelam,
terhanyut atau berenang, ini merupakan pilihan-pilihan yang muncul dibenak saya
ketika saya mulai memasuki dunia perkuliahan di FKM. Kenapa sampai muncul
pertanyaan – pertanyaan mengintimidasi dibenak saya, mungkin jawabannya adalah karena
saya memasuki gerbang yang tidak terencana (bagi saya) sehingga saya
berspekulasi dalam benak saya sendiri bahwa saya harus memilih. Bukan hal yang
mudah dalam memilih bagi saya pada awalnya, karena pada awal perkuliahan saya
ibarat makan tanpa garam, minum tanpa gula (red: hambar), tapi
sehambar-hambarnya hidup klo kita mulai bersyukur dan menikmatinya akan mulai
bermunculan berbagai rasa yang entah darimana atau memang sengaja kita ciptakan
sendiri berbagai rasa itu dalam benak, yang pada akhirnya berubah menjadi
sebuah senyawa yang mengalir dalam darah menuju hati yang sering kita sebut
perasaan. Dalam hidup saya sampai umur saya yang kesekian, saya sudah belajar
banyak tentang berbagai macam perasaan, namun dalam konteks ini perasaan yang
dimaksud adalah perasaan senang atau sedih , nyaman atau tidak nyaman. Berada
di FKM bukanlah impian saya dari awal, bahkan saya menempatakan rumah saya
bernaung sekarang (red: FKM ) menjadi pilihan ketiga yang saya pilih, bukan dengan
intention maupun mimpi yang bergantung diatasnya, tapi saya tidak akan bilang
kalo saya tidak pernah memilih FKM, karena sadar atau tidak tangan saya
sendirilah yang menekan pilihan pada layar komputer saat menentukan perguruan
tinggi dan jurusan nya yang saya coba peruntungannya -_- .
Kembali
pada istilah yang saya ungkapkan pada kalimat pertama, saya harus memilih
diantara tenggelam kedasar tanpa
usaha apapun sehingga saya tak dapat meraih cahaya permukaan (red: kesuksesan
atau sebuah karir). Terhanyut dengan
deras nya arus air yang entah akan membawa saya kemana , bisa saja akan membawa
saya kepermukaan atau mungkin menenggelamkan ke palung laut yang entah seberapa
dalamnya. Atau pilihan untuk mulai belajar menggerakan seluruh anggota tubuh,
fikiran, dan sebuah usaha untuk berenang sampai
kedalam lalu menemukan mutira yang akan membawa kita kepada indahnya cahaya
permukaan (red: kesuksesan). Setelah memilih, saya masih dihadapkan pada
pilihan-pilihan yang lain. Bagaimana tidak, berenang pun butuh berbagai alat
dan tujuan yang jelas untuk mempermudah kita mencapai permukaan dan tujuan (red:
kesuksesan). Hidup di FKM pada awalnya membuat saya terhanyut kesana kemari
mengikuti arus yang ada, sampai pada akhirnya saya melihat sebuah cahaya yang
menunjukan saya pada passion saya
yang sempat saya tanggalkan. Dan cahaya itu menunjukan pada sebuah muara yang
penuh dengan alat dan tujuan yang saya butuhkan untuk berenang ditengah-tengah
besarnya arus di FKM. Muara itu adalah EPIDEMIOLOGI. Akhirnya kumenemukanmu.
Saya bagai kan ter-imprint saat pertama kali mengenalnya. Ini bagaikan cinta
pertama yang saya alami di FKM. Dari awal melihat saya langsung jatuh hati,
inilah yang menjadi motivasi dan alasan saya bertahan di FKM dengan segala lika
liku nya yang masih belum terterka pada awalnya. Semester demi semester pun
berlanjut, pilihan saya tak pernah goyah EPIDEMIOLOGI tetap yang pertama dihati
saya, namun diujung penentuan pilihan saya sempat goyah, namun pada akhirnya
Allah SWT dengan segala kebesaranNya memberikan petunjuk pada saya untuk
memilih peminatan EPIDEMIOLOGY sebagai muara akhir pencarianku dan jalan aku
mencapai impian yang sebenarnya tercipta setelah aku jatuh hati pada
Epidemiologi. Dengan cinta kita bisa menciptakan impian kita bersama-sama.
Impian
yang kami ciptakan (red: aku dan epidemiologi) adalah menjadi seorang
epidemiolog, yang bekerja untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data
guna dijadikan dasar untuk mengambil langkah selanjutnya guna menjadikan
masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat dengan mencegahnya sebelum sakit
datang maupun menanggulangi agar orang yang sakit tidak semakin banyak. Kalo
disuruh memilih tempat untuk saya menjalani impian kami, saya ingin bekerja di
dinas kesehatan sebagai Team Survei dan Analisa Dinas Kesehatan. Ini adalah
impian terbesar kami. Kenapa saya ingin menjadi tim survei dan analisa, padahal
melakukan survei merupakan hal yang tidak mudah dan cukup melelahkan bagi
sebagian orang. Namun bagi saya, kali pertama saya dan teman-teman turun
kelapangan (untuk memenuhi tugas isu-isu penyakit menular), saya merasakan
pengalaman yang luar biasa menyenangkan bagi saya, untuk turun kemasyarakat
mengambil data langsung kepada masyarakat, berinteraksi dengan mereka membuat
saya belajar banyak hal, dan menikmati betul sebuah proses yang harus ditempuh
untuk menyehatkan tidak hanya satu atau dua orang tapi seluruh masyarakat
Indonesia. Dari sini saya semakin jatuh hati pada epidemiologi dan semakin
dekat dengan gambaran impian yang ingin saya wujudkan saat ini. Terimakasih
Epidemiologi, karenamu saya menemukan sebuah muara baru didunia yang saya coba
kenali dengan hati dan seluruh raga. Semoga saya dan semua teman-teman angkatan
2015 yang masuk peminatan EPIDEMIOLOGI dan Penyakit Tropik semakin menemukan
ruh dan petunjuk dari Allah SWT untuk menggapai sebuah cahaya impian yang
mulia. Aaamiiin Ya Robbal’Alamin.
Salam
hangat dari saya Destie Nur Lailly Vitiana
#AkuEpidemiolog